BOGOR – Pak Ucu Sumarna (71) seorang kakek sudah sekitar 48 tahun menjadi Juru Pelihara (Jupel) bangunan cagar budaya Moseleum Van Motman berlokasi di Kampung Pilar, Desa Sibanteng, Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor.
Ucu Sumarna tinggal bersama keluarganya tak jauh dari lokasi situs bersejarah. Lokasi makam itu berada di kawasan perkampungan, keseharian dia menjaga dan merawat areal Moseleum Van Motman.
Dia sudah mengabdikan diri puluhan tahun untuk merawat tempat bersejarah tersebut. Bahkan, ia masih mengingat betul sejarah bangunan dan orang-orang yang dimakamkan di lokasi tersebut.
“Kalau untuk menjaga ini sudah secara turun temurun,” ungkap Ucu Sumarna kepada wartawan beberapa waktu lalu.
Ucu Sumarna menjelaskan, bahwa dirinya merupakan generasi ke-4 yang menjaga situs bersejarah peninggalan belanda tersebut.
Situs makam Van Motman ini merupakan salah satu tempat yang diangkat statusnya menjadi Cagar Budaya pada tahun 2010 lalu.
Semenjak saat itu, Ucu Sumarna mendapat tugas langsung dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bogor untuk menjaga sisa peninggalan Van Motman hingga saat ini.
“Kalau untuk ditugaskan langsung mah dari dinas pada tahun 2010. Tapi kalau untuk menjaga dan membersihkan areal makam itu dari kecil karena ikut dengan orangtua. Barulah semenjak bapak meninggal tahun 1973 saat itu saya mulai merawatnya sendiri,” katanya.
Menurut Ucu Sumarna bahwa pada masa Belanda, di wilayah Dramaga, Kabupaten Bogor pernah tinggal keluarga van Motman. Van Motman menjadi sebuah marga dengan founding father seorang tuan tanah bernama lengkap Gerrit Willem Casimir (GWC) van Motman.
“Moseleum ini merupakan tempat pemakaman keluarga dan kerabat van Motman,” katanya.
Ucu Sumarna menjelaskan, pada halaman depan menuju bangunan makam terdapat sejumlah bangunan bata berbentuk segi empat itu merupakan pilar monumen makam yang berada di areal lahan yang saat ini ada seluas 60×60 meter.
“Bangunan bata tersebut merupakan nisan-nisan makam anggota keluarga van Motman,” katanya.
Bangunan utama pada kompleks makam ini bergaya neo klasik, letaknya di sebelah utara lahan kompleks. Gerbang makamnya lurus dengan gerbang masuk halaman kompleks makam. Dari sejumlah informasi yang didapatkan, disebutkan bahwa bangunan makam utama dahulu adalah mausoleum yang merupakan tiruan dari Katedral Santo Petrus di Roma, Italia. Bangunan tersebut berdenah salib.
“Gerrit Willem Casimir (GWC) menjadi tuan tanah dengan luas total kepemilikan seluas 117.099 hektar itu hanya di wilayah Kabupaten Bogor saja, belum di cianjur, sukabumi, dia yang tertinggi lah, tanah dia buat perkebunan,” katanya.
Kondisi saat ini, Ucu Sumarna berharap kepada pemerintah Kabupaten Bogor untuk lebih memperhatikan situs sejarah tersebut.
Lokasi tersebut kini dikelilingi hanya dengan pagar dari bambu. Bangunan tersebut sudah mulai lapuk termakan usia. Bahkan, gerbang pagar utama juga terbuat dari bambu dan dikunci dengan rantai dan gembok kecil.
“Ya saya sih berharap kepada pemerintah untuk segera melakukan pemugaran kedepannya,” kata dia.
Lokasinya yang berada di pemukiman warga tersebut tidak memiliki lahan parkir. Padahal, kata dia lokasi tersebut tak jarang didatangi pelajar maupun mahasiswa untuk melakukan wisata sejarah.
“Ya lahan nya sempit gak ada untuk parkir kalau ada pengunjung yang datang apalagi kalau pakai mobil” katanya. sahPenjaga Moseleum Van Motman di )