Jakarta – Para pemenang Festival Teater Jakarta (FTJ), telah diumumkan Senin (4/11/2024). Teater dari Jakarta Utara gagal meraih kemenangan di Tingkat Provinsi DKI Jakarta. Terlebih lagi, tidak ada satu pun penghargaan di setiap kategori festival ajang yang bisa dibawa pulang.
Ini bukan kegagalan pertama kali. Seperti tahun-tahun sebelumnya di ajang FTJ Tingkat Provinsi DKI Jakarta, teater dari Jakarta Utara pulang tanpa membawa atau hanya menggondol beberapa kategori piala.
Sepatutnya, kondisi ini harus dicari tahu penyebabnya.
Beberapa tahun kekalahan yang dialami Tim Teater dari Jakarta Utara haruslah dilihat secara luas baik dari faktor internal – juga eksternal.
Dari sisi internal, faktor soliditas tim sangatlah dibutuhkan.
Seleksi awal di tingkat wilayah – sebelum final di tingkat Provinsi DKI Jakarta – jelas adalah sebuah pertarungan kualitas.
Kemenangan tiga grup dalam ajang FTJ di tingkat wilayah patut mendapatkan dukungan dari kelompok teater lainnya termasuk dari paguyuban Itera.
Faktor lain yang paling penting adalah dukungan pendanaan dari pemerintah atau birokrasi di wilayah Jakarta Utara.
Mengingat nama Festival Teater Jakarta Utara adalah sebuah entitas wilayah administratif sebuah pemerintahan kota di wilayah bagian utara Provinsi DKI Jakarta.
Tidak dipungkiri grup teater di setiap wilayah butuh dukungan pendanaan.
Dukungan dana ini akan memberi dampak apabila sudah ‘mengalir’ sejak fase atau masa pembinaan awal, kegiatan kurasi, seleksi pemenang hingga final. Setiap tahapan itu butuh dukungan yang maksimal.
Namun, kenyataannya grup teater di Jakarta Utara minim sokongan dana.
Pemerintah daerah setempat abai memperhatikan kebutuhan paguyuban teater di Jakarta Utara sejak masa pembinaan.
Ironisnya, hingga saat ini, para pemenang di ajang Lomba FTJ Jakarta Utara belum menerima hadiah mereka sejak nama-nama mereka diumumkan sebulan lalu.
Padahal, dana kemenangan di tingkat daerah ini dapat menjadi ‘modal’ bertanding di kejuaraan yang lebih tinggi lagi.
Untuk bertanding di kejuaraan di level Provinsi DKI Jakarta, tentu butuh modal tidak sedikit, mulai dari properti, lighting, tata kostum hingga kebutuhan para aktor sebelum “bertanding”.
Semangat untuk menggelorakan kemenangan di atas panggung teater tidak datang begitu saja. Dukungan anggaran dapat mempengaruhi aspek psikologis untuk meraih juara di level selanjutnya.
Bertarung kualitas namun tidak mendapatkan gizi dan vitamin pemanggungan sama saja menyiapkan pasukan ke medan perang tanpa senjata.
“Semangat dan motivasi ini sebenarnya tak hanya berupa material namun juga moril. Moril itu penting lewat komunikasi yang intensif dilakukan antara pihak pemerintah daerah dengan para senimannya – dalam hal ini teaterawan Itera dan pihak Sudinbud Jakarta Utara,” ucap salah seorang senior, sepekan sebelum pelaksanaan Final Festival Teater Jakarta yang berlangsung sejak 17 hingga 31 Oktober 2024 lalu di Taman Ismail Marzuki.
Gustita Az Zahra, Sutradara Teater Act Class – satu dari tiga pemenang dari wilayah Jakarta Utara – mengatakan bahwa kesulitan dalam proses menuju FTJ tentu mempunyai banyak faktor, tapi untuk ActClass, faktor yang paling besar mempengaruhi adalah manajemen keuangan yang tidak mendapat dukungan dari manapun selain anggotanya sendiri,
“Sejak awal, kami berusaha percaya akan dibimbing dan dibantu, ternyata malah dilepas bagai anak ayam tanpa induk. Kita dipressure untuk mencapai sesuatu, namun tidak benar-benar dibantu dalam mendapatkan itu,” katanya.
Zahra mengkritisi senior teater di Jakarta Utara yang kerap mengatakan bahwa teater di Jakarta Utara tak pernah maju dan ingin memajukannya
” Tapi di saat saya sedanga berproses menuju Festival Teater Jakarta, kemana mereka? Oknum tersebut tidak pernah datang, walaupun saya sudah pernah mempersilahkan untuk datang melihat latihan, bisa juga memberikan input yang membangun atau sekedar memberikan semangat. Bagaimana bisa maju jika anak muda seperti kami malah dianggap musuh?” tukasnya.
Keluhan dari grup teater ini tak hanya dari pemenang. Selama perjalanan latihan persiapan menjelang final, berbagai keluhan terhadap kondisi yang ada, kerap mereka lontarkan.
Di tengah kabar wilayah lain yang banyak sudah digelontorkan pendanaan untuk persiapan final – digabungkan dengan honor para juri, saat dihubungi, Kepala Suku (Kasudin) Dinas Kebudayaan Jakarta Utara, Cucu Rita Sary mengatakan bahwa honorarium juga pendanaan untuk wilayah di Jakarta Utara sedang diproses. “Nanti saya tanya bendahara,” isi pesan singkatnya, Minggu (2/11/2024).
Manajemen dan Penjadwalan
Sejak jauh hari, saat lomba di wilayah masih bergulir, salah satu juri di Festival Teater Jakarta Utara, Yudhi Soenarto mengatakan tentang permasalahan manajemen yang menjadi kendala dari semua permasalahan yang ada.
“Ya, ada masalah di luar kualitas seni yang menjadi kendala, masalah manajemen, Manajemen waktu, manajemen SDM panitia penyelenggara dan Sudinbud dan manajemen keuangan. Penjadwalan Kurasi, Festival dan Pembinaan terlalu dekat, sehingga tidak memungkinkan grup yang dikirim ke tingkat provinsi untuk berproses dalam memperbaiki dan menyempurnakan pementasan mereka,” ujar pengajar yang juga pernah menjadi pengurus di DKJ, Senin (4/11/2024).
Selain itu, grup-grup ini.juga belum mendapatkan dana bantuan produksi dan hadiah yang dijanjikan hingga saat ini.
“Hal lain, yang paling memprihatinkan adalah tidak ada keterangan resmi atau pun permintaan maaf, baik dari Asosiasi Teater di Jakut maupun dari Sudinbud, terkait tidak turunnya dana yang menjadi hak mereka hingga detik akhir,” ujar Yudhi.
Juri lainnya, Exan Zen ikut menyorot jatah pendampingan juri pada tiga grup teater yang hanya tiga kali pertemuan menjelang pelaksanaan Final FTJ.
“Jatah juri hanya tiga hari, bagaimana bisa maksimal? Padahal para grup pemenang dari seleksi di Itera juga perlu pendampingan yang maksimal,” paparnya. (srs/rma)