Indie Art Fest 2023 dan 10 Pentas Kaum Urban “Kampung Jakarta”

Sepuluh pentas sedang dilakukan. Dalam gang sempit Jl Galur Jakarta Pusat, di sekitar angkot Jl Angke Jakarta Barat dan Cilincing Jakarta Utara.

Pementasan tentang kehidupan marjinal nelayan di Cilincing. Bau laut. Gerobak buku bacaan. Kisah kehidupan di tengah ekonomi raksasa industri di pinggiran laut. Asep Maulana atau biasa disapa Aceng Gimbal sudah lima tahun mendirikan taman bacaan dan kelompok belajar.

Bacaan Lainnya

Juga teater yang diperankan oleh warga sekitar. Naskah “Wajah”, Minggu (12/11), mengurai penderitaan dan biografi seorang terjepit hutang dan hidup keluarga yang menggenaskan. Berpentas di panggung dekat laut, pemain “si ayah” bahkan memegang langsung perahu yang tertambat di antara pasir dan sampah laut. Anak-anak juga langsung menceburkan diri saat adegan bermain.

Foto-foto: Dok.IAF2023 – Aceng Gimbal dan pementasan anak-anak nelayan di Cilincing.

Indie Art Fest 2023 tak hanya membawa seluk-beluk kehidupan nelayan. Serba-serbi pentas teater Indie Art Fest 2023 yang “dikomandani” Silmi Rahmadi ini memang beragam. Di hari kedua (11/11) diisi dengan pementasan “Ya Begitu Saja”. Adalah Teater Kandang Roda pimpinan Jaelani Manock dl Jl Rawa Tengah Galur Jakarta Pusat yang menggelar pentas teater di gang, sempit, naik ke gerobak dan menjadikannya sebagai properti di jalan bermotor dan bermobil, di antara warung, ruang kosong dekat teras rumah yang berhimpit.
Akting para aktor ditingkah teriakan penonton, tawa cekakak warga yang nyangkut pada dialog dan peristiwa. Interaktif. Segar. Asyik. Gosip aktor dengan para tetangga pun terjadi membicarakan hal yang aktual dan keseharian.

Pementasan Teater Kandang Kuda pimpinan Jaelani Manock di Jl. Galur Cempaka Putih Jakarta Pusat.

Hari pertama, “Kokatkokit” di Gang O Jl Angke Indah Jakbar (10/11), pentas Teater Diri pimpinan Moch. Alfian ini lebih membeber perenungan bernas aktornya. Panggung dan set di tengah padat dan kumuhnya Jakarta, suasana visual seakan ditingkahi oleh dialog interaktif antar aktor plus celotehan dari kumpulan aktor yang lain.
Ini bagian dari rentet pertunjukan teater Luar Ruang momen Indie Art Space. Pengamat teater Madin Tyasawan mengatakan kesemua peristiwa pementasan ini menggunakan pendekatan site-specific theater yang mampu menyuarakan “cerita yang tak terceritakan”.
“Indie Art Fest 2023 menawarkan ruang kemungkinan untuk melakukan jelajah artistik tanpa sekat kriteria; pendekatan dramaturgi zonder batas isme; narasi dibangun dari kesadaran atas fenomena kini dan di sini,” ujar Madin yang didaulat sebagai Steering Comittee bersama Malhamang Zamzam dan Edian Munaedi dengan pengamat Ugeng T. Mutidjo.
Dua pementasan Luar Ruang lainnya masih akan digelar, Garis Lintas oleh Hendra Setiawan di Kali Ciliwung, Bukit Duri, Jakarta Timur (18/11) pukul 16.00 WIB dan Raunaway oleh Ridwan Rau Rau di Jakarta Selatan (19/11) pukul 16.00 WIB.

Urban dan Pandora Kehidupan

Dalam tiga pementasan tadi, nampaklah bahwa IAF 2023 tak hanya menyajikan panggung ‘proscenium’ saja, sebagaimana diungkap sutradara Bandar Teater Jakarta sekaligus aktor Malhamang Zamzam bahwa teater tak selalu megah di gedung pertunjukan tapi juga ikut menawarkan kebersahajaan dan suara pembebasan untuk tekanan kehidupan.
Kota, kaum urban, memiliki banyak kisah, puluhan bahkan ratusan kotak pandora kehidupan manusia. Kita akan takjub, terperangah, terpesona, tertawa getir, haru atau menangis, saat kotak itu dibuka dan menemukan rahasia-rahasia kisah mereka.
Untuk pementasan Dalam Ruang akan digelar di Gedung Kesenian Jakarta yaitu Indonesian Dreams oleh Teater Ghanta, Senin (20/11) pukul 20.00 WIB, Repertoar Sabun Colek oleh Komunitas7, Selasa (21/11) pukul 15.30 WIB dan 19.30 WIB, Nyanyian untuk Bintang oleh Quantum X Sanggar Seni Bintang, Rabu (22/11) pukul 19.30 WIB, Opera Kampung Selebor oleh Ganar Collaboration, Kamis (23/11) pukul 20.00 WIB dan Sang Utusan oleh Teater Legion, Jumat (24/11).
Para kreator telah menjamah sisi lain kehidupan para aktor, masyarakat kaum urban, yang adalah tetangga dan menjadi bagian di dalam kehidupan bersama. Mengutip pernyataan Edian, Jakarta sesungguhnya selain kota juga seharusnya tetap menjadi “kampung kita bersama”…@

Pos terkait

Tinggalkan Balasan