Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memastikan stok pangan dari laut seperti ikan, aman selama bulan Ramadan hingga Hari Raya Idul Fitri 1446 hijriah. Dalam keterangan persnya, perwakilan direktorat jenderal di Kementerian Kelautan dan Perikanan membeberkan penjelasannya, Rabu (5/3/2025).
Direktur Jenderal (Dirjen) Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan Budi Sulistyo mengatakan berdasarkan prognosa, produksi ikan bulan Januari hingga Maret 2025 mencapai 3,06 juta ton. Dengan rincian, 1,59 juta ton berasal dari produksi ikan budidaya, dan 1,47 juta ton adalah produksi ikan tangkap.
“Prognosa terhadap produksi ikan tangkap telah memperhatikan pola musim penangkapan dan kondisi cuaca,” kata Budi.
Menurut Budi, sepanjang Februari ketersediaan ikan 1,07 juta ton telah mampu mencukupi kebutuhan masyarakat yang mencapai 0,79 juta ton.
Dia mengakui selama Maret ini, kebutuhan pada protein ikan meningkat dengan estimasi 0,85 juta ton dengan ketersediaan 1,06 juta ton.
“Estimasi kebutuhan ikan pada bulan Maret terjadi kenaikan hingga 2,52 persen. Dan berdasarkan analisis, KKP meyakini ketersediaan ikan cukup dan aman untuk memenuhi kebutuhan masyarakat selama bulan puasa dan hari raya,” ungkap Budi.
Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Lotharia Latif membeberkan ketersediaan ikan di sentra konsumsi. KKP mengambil sampel di kota-kota besar seperti di Jakarta, Surabaya, Lampung, Palembang, Medan, Banjarmasin, Makasar, dan Ambon.
Pada Januari-Maret 2025 produksi ikan di Jakarta mencapai 43.635, dan stok ikan 92.822. Ketersediaan ini mencukupi kebutuhan 103.805 ikan masyarakat Jakarta.
Dia mengatakan, produksi ikan tangkap tertinggi ada di Jawa Tengah, Jakarta, Jawa Timur, Sulawesi Utara dan Bali. Sementara itu, untuk harga produksi tertinggi terjadi di Kep. Bangka Belitung, Sulawesi Tengah, Kalimantan Utara, Gorontalo dan Sumatera Barat.
Direktur Ikan Air Tawar pada Ditjen Perikanan Budi Daya Ujang Komarudin menuturkan bahwa dari hasil budi daya, pada Maret ini produksi tertinggi berasal ikan nila mencapai 94.540 ton, ikan lele 95.781 ton, udang 74.010 ton, dan bandeng 56.250 ton. Menyusul kemudian ikan mas, patin, gurami, kepiting, kerapu, kakap, dan lobster.
Menjamin Mutu Ikan
Budi Sulistyo mengatakan, pihaknya melakukan sejumlah upaya dan strategi guna menjamin mutu ketersediaan ikan.
KKP memantau stok dan harga ikan berkala di sentra produksi dan sentra distribusi dengan menerapkan warehouse manajemen sistem di 123 cold storage. Budi juga memastikan akan melakukan penguatan distribusi transportasi angkut ikan multi moda.
“Kami melakukan kerja sama dengan pelaku jasa logistik berbasis container berpendingin dan kerja sama dengan PT Kereta Api Logistik,” ungkapnya.
Kepala Pengendalian Mutu KKP Ishartini mengatakan stok pangan ikan juga akan mendapat pengawasan dan monitoring. Upaya ini bekerja sama dengan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Pengawasan dilakukan terhadap kandungan formalin, histamine termasuk penyimpanan dalam cold storage.
“Kami melakukan monitoring ke pasar modern, pasar tradisional, supplier, tempat pendaratan ikan, pelabuhan perikanan dan sentra budidaya. Kami melakukan pengecekan terhadap kandungan seperti formalin dan sejauh ini semuanya masih dalam batas aman,” beber Ishartini.
Guna menjamin mutu dan keamanan pangan KKP melibatkan pemerintah daerah untuk ikut mengawasi rantai distribusi ikan, mulai dari nelayan, pembudidaya hingga ke pasar-pasar.@