Rapsodia Nusantara No. 10 Bergema Selama Dua Bulan di Australia

Sydney – Akhir pekan menjelang Idulfitri 1446 hijriah ini di Sydney Conservatorium terlihat ramai. Ternyata pianis Calvin Abdiel Tambunan yang kini sedang naik daun sedang memberikan masterclasses. Berlangsung di Recital Hall East, Calvin mengeksplorasi dan mengembangkan repertoar yang telah dipersiapkan oleh para siswa piano di program Rising Stars, Sabtu (29/32025).

Baru saja dua minggu lalu pianis berdarah Tapanuli ini mengadakan konser di Goethe Institut, Sydney, diselenggarakan oleh Friends of the Sydney International Piano Competition (badan donatur untuk konser para pemenang kompetisinya). Memang, Calvin telah meraih Juara ke-3 “George Frederick Boyle” di kompetisi bergengsi kelas dunia ini tahun 2021 lalu. Bukan hanya itu, penghargaan Pianis Australia Terbaik “Nancy Weir” pun telah diraihnya sebagai peserta termuda dalam edisi tahun 2021. Ia tercatat sebagai orang Australia pertama yang mencapai babak final kompetisi tersebut setelah hampir 20 tahun, dan ia juga menerima penghargaan dari Australian Elizabethan Theatre Trust berupa beasiswa luar negeri untuk mengembangkan karier musiknya.

Read More

Setelah pengumuman kemenangannya, Matthew Westwood di “The Australian” menjulukinya sebagai ‘Piano Man’ dan menulis tentang ‘otoritas pianistik’-nya yang luar biasa. Ia melakukan tur resital perdana di Australia pada tahun 2022 di berbagai gedung konser di New South Wales, ACT, dan Victoria yang dipersembahkan oleh Sydney International Piano Competition.

Di konser tanggal 16 Maret kemarin dengan host The Hon. Bronwyn Bishop, ketua Friends Council dari kompetisi tersebut, Calvin memainkan beberapa mahakarya klasik seperti Sonata No. 28 dari Ludwig van Beethoven, Images dari Claude Debussy dan dua Ballade dari Frederic Chopin. Tapi yang paling memukau penonton adalah permainannya Rapsodia Nusantara No. 10 karya Ananda Sukarlan. Rapsodia ini memang dipersembahkan oleh sang komponisnya untuk para korban bom Bali 2002, dan nuansa musik Bali sangat kental di sini sehingga penonton sangat tersentuh, ditambah tentu dengan permainan virtuosik pemenang Ananda Sukarlan Award 2020 ini. Nah, Juli nanti Calvin akan menjadi juri di Ananda Sukarlan Award, dan juga ia akan mengadakan konser piano tunggal. Sebuah konser yang tidak boleh dilewatkan para pecinta musik klasik Jakarta!

Balik ke Australia, bulan Mei nanti, giliran seorang dosen senior Sydney Conservatorium, Daniel Herscovitch akan mempagelarkan Rapsodia Nusantara no. 10 dan juga no. 6 (ditulis untuk mengenang korban Tsunami Aceh 2004, menggunakan lagu “Bungong Jeumpa” sebagai motif melodiknya) dan komponis Indonesia lainnya di konsernya di dua kota di Australia. Herscovitch akan konser di Sydney Conservatorium tanggal 7 Mei, dan di Melbourne 24 Mei, bertempat di Tempo Rubato, 34 Breese St. Brunswick.

Daniel Herscovitch adalah murid dari Alexander Sverjensky di Sydney Conservatorium of Music dan Rosl Schmid di Munich, dan sejak itu telah konser keliling dunia. Ia pertama kali ke Indonesia atas undangan Ananda untuk menjadi juri di Ananda Sukarlan Award tahun 2016, dengan sponsor Kedutaan Besar Australia di Jakarta. Di saat itu ia juga mempagelarkan konser piano “From Schubert to Sukarlan” di Goethe Haus.

Ananda kemudian memperkenalkan musik Indonesia lebih mendalam, serta mengundang komponis Trisutji Kamal (1936-2021) hadir ke konser tersebut. Perkenalan sang pianis Australia dengan komponis senior wanita Indonesia itu menjadi lebih erat, dan kini Herscovitch pun membawakan musik Trisutji, selain juga “Devoirs” karya Yazeed Djamin (1950-2001) yang juga diperkenalkan oleh Ananda yang mengagumi karyanya (Ananda sering memainkan mahakaryanya untuk piano dan orkes, “Variations on Ismail Marzuki’s Sepasang Mata Bola”, bersama Addie MS). Di konsernya, Herscovitch juga membawakan karya komponis New Zealand dan Australia yang terinspirasi oleh musik Indonesia: Gareth Farr (“Balinese Pieces” yang ditulis untuk Ananda Sukarlan tahun 2003), Anne Boyd, dan Roger Smalley. Tidak ketinggalan Claude Debussy sebagai komponis dunia pertama yang mendengar, mempelajari dan mengaplikasikan konsep tangganada gamelan setelah mendengarnya di Paris Expo 1889.

Tentang Calvin
Calvin Abdiel Tambunan telah mengukuhkan dirinya sebagai salah satu musisi muda terbaik di kancah internasional setelah tampil di berbagai negara, termasuk Australia, Austria, Rusia, Indonesia, Jerman, Denmark, dan Swiss.
Lahir di Jakarta, Indonesia, Abdiel berkenalan dengan musik klasik sejak usia 5 tahun, memilih instrumen pertamanya piano. Sejak saat itu, ia telah mengumpulkan banyak penghargaan internasional melalui penampilannya. Ia membuat debut orkestranya pada tahun 2017 dengan St Petersburg State Capella Symphony Orchestra dan penampilan berikutnya dengan Queensland Symphony Orchestra dan orkestra Swiss, Les Chambrites. Ia telah bekerja dengan konduktor termasuk Anatoliy Rybalko, Gerard Schwartz, Richard Davis, Roger Benedict, Paul Terracini, dan Benedetto Montebello.

Prestasi sebelumnya antara lain Juara 2 International Competition for Young Pianists: Steps to Mastery (St Petersburg, Kategori C, 2017), Juara 2 dan serangkaian penghargaan (Concerto Prize, Queensland Symphony Orchestra Vote Prize, dan Audience Prize) di Lev Vlassenko Piano Competition sebagai peserta termuda (Australia, 2017), Juara 3 Val de Travers International Piano Competition (Swiss, 2018), dan Juara 1 Ananda Sukarlan Award International Piano Competition (Jakarta, 2020), yang merupakan kompetisi piano terbesar di Indonesia. Sebagai pemenang SCM Piano Unit Concerto Competition 2021, ia membawakan Piano Concerto No. 3 karya Prokofiev pada bulan Mei 2022 bersama Sydney Conservatorium Symphony Orchestra.

Pada tahun yang sama, ia menerima Frank Albert Prize for Music dari Sydney Conservatorium. Pertunjukan langsungnya di Australia telah direkam oleh ABC Classic FM dan Fine Music FM untuk siaran tunda. Pada tahun 2022, ia membawakan Konserto Piano No. 4 karya Prokofiev sebagai solois dalam konser bersejarah bersama Orkestra G20 di Candi Borobudur (Situs Warisan Dunia UNESCO), yang disiarkan di televisi nasional Indonesia (TVRI) dan daring. Pada tahun 2024, ia menerima hadiah ke-3 di Kompetisi Piano Internasional ‘Mauro Paolo Monopoli Prize’ ke-27 (Barletta, Italia, 2024) dan tampil bersama Orkestra ICO ‘Suoni del Sud’.

Calvin Abdiel baru-baru ini menyelesaikan gelar Master of Arts dengan Prof. Eldar Nebolsin di Hochschule für Musik Hanns Eisler. Ia menyelesaikan gelar Sarjana Musik (Pertunjukan) dengan Honours Kelas Satu di Sydney Conservatorium of Music (SCM) di bawah bimbingan Natalia Ricci. Sebagai musisi kamar, Abdiel tampil di Canberra International Music Festival tahun 2021 dan Out West Piano Festival tahun 2023. Ia juga melakukan tur konser duet dengan pemain biola Cedar Newman di sekitar NSW dan ACT tahun 2024. Ia adalah anggota pendiri dan mantan konduktor orkestra muda Cantate Deo Chamber Orchestra dari tahun 2020 hingga 2023. Aktivitas musiknya telah didukung oleh SCM George and Margaret Henderson Overseas Scholarship, Sydney Eisteddfod Kawai Piano Scholarship, Theme and Variation Foundation, Institut Francais d’Indonesie (IFI), Australian Elizabethan Theatre Trust, dan International Piano Foundation “Theo Lieven”. Ia mengikuti kelas master dengan artis tamu seperti Orli Shaham, Justas Dvarionas, Michael Endres, dan Vyacheslav Gryaznov di Sydney Conservatorium.

Pada tahun 2017, ia terpilih untuk tampil di kelas master yang disponsori Musica Viva di Sydney yang diberikan oleh pianis terkenal Angela Hewitt. Ia juga pernah mengikuti kelas master di Singapura dan Indonesia bersama pianis / konduktor Jahja Ling pada tahun 2018. Pada tahun 2019, ia menerima Beasiswa Henderson Piano di SCM, yang memungkinkannya mengikuti kelas master di Weimar dan Portugal bersama pianis ternama Ferenc Rados, Denes Varjon, dan Boris Berman. Sebagai pemegang beasiswa Lieven Piano Summer School pada tahun 2022 dan 2023, ia juga mengikuti kelas master bersama Andreas Steier, Lilya Zilberstein, Paul Roberts, Davide Cabassi, Arie Vardi, Alexei Volodin, Alon Goldstein, dan Robert Mcdonald. Pada tahun 2023, sebagai pemenang Ananda Sukarlan Award berhadiah beasiswa dari IFI memungkinkannya mempelajari karya piano Maurice Ravel bersama Pascal Roge di Nice, Prancis.

Related posts

Leave a Reply